Akhir-akhir ini beredar kabar kalau Kementerian Hukum dan HAM RI akan membuka rekrutmen pegawai. Dalam beberapa situs internet disebutkan per tanggal 23 Juli 2013 kemarin, akan dirilis registrasi online nya. Hal ini menjadi de javu bagi saya pribadi. Tepat satu tahun yang lalu merupakan masa yang paling tidak terlupakan. Yup, saya lulus tes CPNS..hehe.. Rasa bahagia yang sangat tak terkira. Saya dapat menepis anggapan banyak orang bahwa menjadi CPNS itu harus punya kolega ataupun materi.
Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk membagi sepenggal kisah hidup saya selama proses untuk menjadi CPNS Tahun 2012. Singkat cerita, selepas diterima menjadi CPNS, Wakil Menteri Hukum dan HAM RI, Yth. Prof. Denny Indrajana, SH., LL.M., Ph.D, menginstruksikan kepada setiap CPNS yang diterima untuk menulis pengalaman inspiratifnya dalam bentuk artikel yang kemudian akan dipilih yang terbaik untuk ditampilkan pada acara pembukaan orientasi CPNS di Jakarta. Tulisan saya ini akhirnya memang tidak dipilih oleh beliau saat itu. Mungkin, belum terlalu inspiratif..hehe.. Tapi, membiarkan tulisan ini tersimpan dalam folder laptop, bukanlah hal yang bijak. Dapat saja, pengalaman saya ini dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman semua (yang berkeinginan menjadi CPNS), bahwa kesuksesan itu tidak datang dengan mudah. Mengutip ucapan Dedy Corbuzier pada acara talkshow Hitam Putih semalam bahwa: "Jangkan untuk mendaki sebuah kesuksesan, untuk menaiki tangga saja kita harus lebih banyak diam". Hal ini berarti kesuksesan itu dicapai dengan perjuangan. Betullah kata pepatah yang mengatakan bahwa: "Tong kosong nyaring bunyinya". Orang yang sukses tentu tidak mengeluarkan energinya untuk banyak bicara. Tapi prestasinya lah yang kemudian berbicara kelak.
Kalau boleh jujur, sebenarnya saya sedikit malu untuk membagi pengalaman ini..hehe.. Merasa belum layak untuk dipublish. Masih banyak orang lain yang memiliki nasib yang sama seperti saya dengan cerita yang lebih inspiratif. Tapi apapun itu, setidaknya saya sudah pernah mencoba untuk membagi cerita ini kepada orang lain. Berikut isi tulisannya:
“ANTIPATI, MOTIVASI, DAN PRESTASI”
Diawali dengan sikap apatis, hanya motivasi yang dapat mengalahkannya..
Man Jadda Wajada.. Man Shabara Zhafira..
Antipati vs. Motivasi
Sudah menjadi rahasia umum, menjadi seorang abdi negara
(baca: Pegawai Negeri Sipil - PNS) bukanlah perkara mudah di Republik ini.
Belum bagi kita untuk melamar, selintingan kabar miring soal rekrutmen PNS pun
merebak. Ada beberapa oknum di Instansi / Kementerian yang pasang tarif
tertentu. Kalau bukan kolega, keluarga, atau yang memiliki hubungan erat dengan
pimpinan suatu lembaga tertentu, jangan harap bisa mendapatkan NIP sebagai PNS.
Semuanya, saya awali dengan sikap antipati. Namun,
harapan dan cita-cita untuk menjadi abdi negara pun tidak pernah hilang dari
benak saya. Hingga akhirnya pada tanggal 11 Juli 2012, ada pengumuman via
internet bahwa ada rekrutmen CPNS untuk TA 2012. Tentu, dengan latar belakang
pendidikan saya sebagai Sarjana Hukum, di antara banyak pilihan instansi yang
membuka rekrutmen pada saat itu, saya menjatuhkan pilihan untuk melamar sebagai
CPNS di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (Kemenkum dan Ham). Kemenkum
dan Ham sendiri menjadi instansi idaman saya sejak dulu. Hemat saya, semua ilmu
dan wawasasan yang saya dapat selama menempun pendidikan di Strata-1 dapat
diaplikasikan dengan baik, bila saya bergabung di Instansi yang memiliki
semboyan “Pengayoman” tersebut.
Tidak dipungkiri, pada saat membuka laptop dan membaca
semua syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mendaftar, semuanya saya lakukan
dengan berat hati. Bukan berat dalam arti tidak mampu untuk melakukannya,
tetapi karena dari awal pikiran saya sudah membayangkan tidak akan ada
kesempatan bagi saya yang tidak mempunyai uang, kolega, bahkan keluarga di Kemenkum
dan Ham untuk menjadi PNS.
Sempat beberapa hari saya hiraukan pengumuman tersebut.
Tidak sedikit teman satu angkatan yang antusias untuk mengikuti seleksi ini. Semuanya
beragirah, tetapi tidak untuk saya. Bagi saya, seleksi CPNS tidak lebih sebagai
ajang untuk memberikan uang sebanyak mungkin dan mencari kenalan siapa saja
untuk diajak “negoisasi”. Prinsip ini tetap saya pegang teguh, sebelum akhirnya
orang tua saya menanyakan apakah saya ikut dalam seleksi CPNS di lingkungan Kemenkum
dan Ham. “Sepertinya saya tidak ikut tes, bu. Sudah pesimis duluan”, lirih
saya.
Namun, itulah visi orang tua yang tidak dimiliki oleh
anak. Orang tua saya malah berpendapat lain. “Alvi, kita tidak akan tahu hasil
yang kita dapat, sebelum kita mencoba”, tukas bapak saya. Dalam beberapa waktu
saya merenungi kalimat itu, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti
tahapan seleksi yang dimaksud.
Memang, akhirnya rasa optimisme itu muncul ketika orang
tua yakin dan percaya bahwa anaknya mampu melakukannya. Hal itu, ditambah
seleksi CPNS tahun ini merupakan seleksi CPNS saya yang pertama kali, setalah
saya menamatkan pendidikan Strata-1 di Fakultas Hukum Universitas Sriwjaya
(Indralaya) pada Maret 2011. Sebagai informasi, pada tahun 2011 sama sekali
tidak ada rekrutmen CPNS, karena Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kemenpan) melakukan moratorium rekrutmen CPNS. Hingga
hipotesa saya waktu itu, mungkin ini saatnya bagi Republik ini melakukan
“bersih-bersih” dalam seleksi CPNS. Jadi saya berpikir, kalau tidak masuk pun
tidak apa-apa. Hitung-hitung menambah pengalaman. Apalagi pada saat itu saya
sedang meneruskan studi di Program Pasca Sarjana di Universitas Sriwijaya.
Singkat kata, nothing to lose-lah.
Di pengumuman tersebut, dijelaskan bahwa ada rekrutmen
CPNS untuk beberapa formasi yang ditawarkan. Setelah berkonsultasi kepada orang
tua, akhirnya pilihan saya jatuhkan kepada formasi “Pemeriksa Dokumen
Imigrasi”. Dengan polos saya bertanya kepada orang tua, “Bapak, Ibu.. Kok harus
Pemeriksa Dokumen Imigrasi?”, saya berseloroh. “Ndak apa-apa. Dicoba aja dulu.
Bapak, ibu pengen liat kamu jadi pejabat”, ujar ibu saya sambil tersenyum. Bagi
saya, melihat orang tua tersenyum dan ada rasa optimis di hati mereka, menjadi
motivasi terbesar bagi saya saya untuk mengikuti tahapan ini. Lambat laun,
antipati itu pun sirna. Kini rasa optimisme yang bergelora di hati. “Insya
Allah, saya bisa”, ucap saya dalam hati. Meminjam pepatah arab, “Man Jadda
Wajada” (siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil).
Perjuangan Itu Dimulai
Tepat pada tanggal 23 hingga 27 Juli 2012, pendafataran
online dibuka secara serentak oleh Kemenkum dan Ham. Kemudian, untuk tahapan
pengiriman berkas dilakukan pada tanggal 24-31 Juli 2012. Tercatat, hanya ada
waktu 7 hari kerja efektif yang harus saya manfaatkan sebaik mungkin untuk
melakukan registrasi online dan mengirimkan berkas ke Kantor Wilayah Kemenkum
dan Ham Sumsel.
Setelah mencatat apa saja persyaratan yang dibutuhkan
untuk melamar CPNS di Kemenkum dan Ham, saya lalu bergegas untuk menyiapkan
dokumen yang diperlukan. Semua syarat yang diperlukan, pada dasarnya tidak
sulit bagi saya. Semuanya hanya berkutat pada masalah administrasi. Kebetulan
sudah jauh-jauh hari, saya telah menyimpan beberapa arsip dokumen yang dibutuhkan
(atau lebih tepat nya eks-dokumen CPNS tahun lalu yang akhirnya tidak terpakai,
karena dilakukan moratorium).
Semua
berkas telah siap. Berulang kali saya mengecek jangan sampai ada dokumen yang
tertinggal. Dalam benak saya, kurang satu dokumen, berarti hilang harapan untuk
menjadi PNS tahun ini. Setelah semua dirasa lengkap, maka berkas pun siap saya
kirim. Pengiriman berkas dilakukan menggunakan jasa Kantor Pos. Uang sebesar
RP. 15.000,- saya keluarkan dari kantong dengan harapan, berkas ini dapat
diterima tepat waktu oleh pihak Kanwil.
Harap-harap cemas, menanti pengumuman seleksi tahap
pertama (administrasi). Karena dari awal saya sudah bersikap nothing to lose,
maka semua hasil yang diberikan saya siap menerima dengan lapang dada. Tepat
pada pukul 10.00 wib di hari Selasa, 7 Agustus 2012, teman saya menelpon bahwa
saya lulus seleksi administrasi. Jalan masih panjang, pikir saya. Jangan cepat
berpuas hati dulu.
Dalam pengumumuan tersebut, disebutkan bahwa setiap
peserta yang dinyatakan lulus seleksi adminstrasi untuk kembali menghadap ke
Kanwil demi dilakukan pengecekan ulang berkas dan penyerahan nomor ujian pada
pukul 08.00 WIB, hari Kamis, 9 Agustus 2012. Rasa bangga menghampiri saya pada
saat itu. Secara spontan saya menelpon orang tua saya (yang kebetulan sedang
bertugas di luar kota) bahwa anak nya telah lulus selesi administrasi. Syukur
Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT. Terlihat berlebihan memang.
Namun, bagi saya setidaknya ini sudah menjadi prestasi tersendiri, bahwa semua
usaha saya selama mempersiapkan berkas administrasi menuai hasil.
Hari kamis telah datang. Tepat pukul 07.30 WIB, saya
sudah berada di Kanwil. Terlihat ratusan orang telah berkumpul di sana. Dalam
benak saya berkata, setidaknya di antara saya dan mereka akan ada yang menjadi
PNS di Kemenkum dan Ham. Rasa optimisme itu tiba-tiba terlintas dalam pikiran
saya. Tidak tahu mengapa. Agenda hari itu pun berjalan lancar. Di sana saya
kembali bertemu (baca: reuni) teman-teman seperjuangan di kampus dulu. Ternyata
banyak di antara mereka yang juga mengambil formasi yang sama seperti saya,
yaitu Pemeriksa Dokumen Imigrasi.
Acara dimulai tepat waktu. Sambil menunggu giliran
panggilan, sesama kami melontarkan candaan untuk mencairkan ketegangan. Banyak
di antara teman saya yang sudah bekerja. Berbeda dengan saya yang masih setia
sebagai “pengangguran intelektual”.
Di tengah agenda itu pun, tiba-tiba Bapak Elfinur
Bermawi, SH., MH (waktu itu saya belum tahu siapa nama beliau), selaku Ketua Panitia
Pengadaan CPNS Kanwil Kemenkum dan Ham Sumsel, mengumumkan bahwa bagi pelamar
formasi Pemeriksa Dokumen Imigrasi dan Pengaman Pemasyarakatan, akan didahului
dengan tes kesehatan dan kesemaptaan sebelum dilakukan tes tertulis. Saya
tersentak kaget. Dalam benak saya, tes kesehatan apalagi? Bukankah sudah
dilampirkan surat keterangan kesehatan dari pihak Rumah Sakit? Pertanyaan itu
tersus berlanjut dalam benak saya. Apa itu tes kesemaptaan, apa yang harus
dipersiapkan, dimana, dan kapan itu diadakan. Semua berkecamuk menjadi satu.
Ditambah lagi, suasana gaduh yang membuat suara beliau menjadi tidak terdengar.
Waktu pun beralalu. Tiba giliran nama saya yang
dipanggil. Rasa gugup pun hadir. Dengan mantap saya masuk ke salah satu ruangan
Kanwil. Disana sudah ada beberapa panitia yang siap memeriksa dokumen yang saya
bawa. “Ini benar dokumen kamu, dek?”, tegas salah seorang panitia. “Iya, pak.
Ada apa?”, jawab saya gemetar. “Kayaknya kamu salah formasi. Untuk formasi
pemeriksa dokumen imigrasi harus dari latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi
dan Sarjana Bahasa Inggris”, ucapnya sambil mengembalikan dokumen saya. Bagai
petir di siang bolong. Saya kaget bukan kepalang mendengar pernyataan bapak itu.
Apa saya yang salah baca persyaratan atau bapak panitia itu yang salah. “Benar
kok pak. Dokumen saya sudah benar kok”, lirih saya. Lalu tiba-tiba, dokumen
saya diambil kembali oleh panitia lain yang duduk di sebalah bapak itu. “Ooh,
dokumen kamu benar. Formasi imigrasi juga untuk Sarjana Hukum. Silahkan kamu ke
meja selanjutnya, untuk mengambil nomor ujian”, ucap panitia itu.
“Alhamdulillah”, ujar saya dalam hati. Saya berpikir, mungkin ini adalah bagian
dari proses. Setiap proses harus diperjuangkan. Dan setiap perjuangan, Insya
Allah akan ada hasilnya.
Tahap selanjutnya adalah pengambilan nomor ujian. Di sana
sudah ada Ketua Pantia didampingi oleh panitia lainnya. Nomor ujian pun
diserahkan kepada saya. Tertulis disana 007 06 4 007 00000. Ya, ini adalah
nomor ujian saya, teriak saya dalam hati. Nomor inilah yang kemudian akan
menjadi saksi perjalanan saya untuk menjadi PNS tahun ini.
Setelah mencatat, jadwal dan apa saja yang dipersiapkan
serta yang diujikan dalam tes kesemaptaan tersebut, saya bergegas pulang. Di
perjalanan saya berpikir, pelayanan yang diberikan oleh pihak kanwil cukup
prima. Saya melihat tidak ada peluang untuk melakukan negoisasi, apabila ada
berkas yang kurang. Saya hampir menjadi korban, ketegasan pihak panitia.
Apabila bapak panitia itu tidak mengecek kembali dokumen saya, maka ucapkan
selamat tinggal untuk menjadi PNS tahun ini. Ya, ketegasan itu yang diperlukan
dalam seleksi semacam ini. Sehingga tidak ada kesempatan untuk melakukan KKN.
Praktik demikian tentu hanya akan melahirkan abdi negara yang berorientasi pada
materi.
Di rumah, saya langsung kembali membuka semua buku-buku
serta arsip-arsip soal CPNS yang saya punya. Setelah saya lulus kuliah pada
Maret 2011, setidaknya lima seri buku tes CPNS (merek apapun) saya beli. Pikir
saya, semua itu butuh persiapan. Kesuksesan itu lahir karena adanya kesempatan
dan persiapan yang matang dalam diri kita. Namun, walaupun tahun kemarin tidak
ada seleksi CPNS, semua buku-buku tes itu pun tetap saya pelajari. Setiap pagi
dan malam, semua soal saya pelajari. Bahkan setiap bagian soal tertentu saya
lakukan pengulangan. Dengan harapan, kelak saya akan terbiasa dengan pola-pola
soal CPNS nanti.
Seminggu hari sebelum tes kesehatan dan tes kesemaptaan,
semua persiapan sudah saya siapkan. Mulai dari fisik, mental, hingga pakaian
yang akan digunakan. Perlu diketahui, tes tersebut dilakukan persis satu minggu
setalah Hari Raya Idulu Fitri. Tentu, demi mempersiapkan diri dalam tes kali
ini, terpaksa saya harus menahan diri untuk tidak terlalu banyak makan rendang,
opor, dan makanan yang mengandung santan, yang merupakan sajian khas lebaran.
Semuanya saya lakukan demi menjaga fisik dan mental sebelum tes dimulai.
Tepat pada hari Senin, tanggal 27 Agustus 2012, tes
kesehatan dan tes kesemaptaan pun dimulai. Saya berangkat pukul 06.30 WIB dari
rumah, dengan diantar oleh sang adik. Adik saya pun ikut mendoakan, semoga
semua rangkaian tes yang saya lakukan berjalan dengan lancar. Tes pada pagi itu
berlokasi di dalam Stadion Sepak Bola Kamboja. Stadion berarsitektur lama,
namun memiliki historikal panjang. Sampai di sana, para peserta sudah
berkumpul. Ada yang pemanasan, ada yang ngobrol, bahkan ada yang mondar-mandir
ke toilet (mungkin karena gugup). Hal serupa juga saya lakukan. Entah mengapa.
Pergi toilet sebelum tes dimulai, seakan telah menjadi ritual wajib bagi saya.
Tepat pukul 08.00 WIB, acara dimulai. Didahului oleh
sambutan Ketua Panitia. Berulang kali, beliau mengatakan bahwa seleksi CPNS (di
lingkungan Kemenkum dan Ham) tahun ini 100% bebas praktik KKN. Tidak ada
pungli. Semua dilakukan secara transparan. “Yakinlah adik-adik sekalian. Semua
tahapan seleksi kita lakukan secara bersih dan fair”, tegas Ketua
Panitia.
Selintas saya menganggap itu hanya sebatas lip service
belaka. Pikiran saya soal praktik KKN dalam pengadaan CPNS pun masih terngiang dalam
benak saya. Semua itu seolah-olah sudah tersistemisasi. Sehingga sulit bagi
saya untuk menerima dengan akal sehat, bahwa seleksi ini akan berjalan dengan fair.
Namun di sisi lain, rasa optimisme itu tetap tersimpan dalam dada saya.
entah mengapa. Mungkin karena orang tua yang terus meyakinkan saya. “Insya
Allah, kamu bisa, nak”, ucap bapak saya sebelum saya pergi tes.
Semua peserta dikumpulkan di dalam lapangan sepak bola,
tidak terkecuali. Setiap peserta dibagi dalam beberapa pleton (kelompok). Seingat
saya, saya sendiri tergabung dalam pleton 5. Persis hampir 1,5 jam kami
menunggu giliran untuk dilakukan tes. Terlihat beberapa pleton sudah melakukan
tes. Pleton kami masih menunggu giliran. Di sela-sela menunggu itu, salah
seorang panitia kembali meyakinkan kami bahwa seleksi CPNS kali ini akan
dilakukan secara fair dan transparan. Kembali saya tanggapi dingin
pertanyaan panitia itu.
Tiba giliran pleton kami. Kami diinstruksikan menyiapkan
diri. Tes pertama adalah tes kesehatan. Diawali dengan pengukuran tinggi badan
dan berat badan. Bagi peserta tes yang tidak memiliki standar tinggi yang telah
ditentukan, langsung disuruh pulang pada saat itu. Begitu juga bagi peserta
yang tidak memiliki berat badan proposional, juga diperkenankan untuk pulang.
Semua dilakukan secara fair. Tidak ada kompromi sama sekali. Ketegasan
berlaku disini. Setidaknya hampir dari sebagian peserta dalam pleton kami
disuruh pulang, karena tidak memiliki tinggi dan berat badan yang proposional.
Ketegasan dalam tes kesehatan pun berlanjut, ketika
dilakukan pengecekan tatto dan tes buta warna. Beberapa di antara kami
juga dinyatakan gugur. “Kejam sekali panitia ini”, pikir saya dalam hati. Tidak
ada ruang untuk kompromi. Tapi inilah bagian dari ketegasan. Sikap demikian
diperlukan, untuk menghasilkan abdi negara yang ideal dan jauh dari praktik
korupsi.
Semua tes kesehatan saya lalui dengan baik. Sekarang
saatnya bagi kami untuk mempersiapkan diri untuk tes kesemaptaan. Rangkaian tes
diawali dengan lari dengan jarak tempuh 1200 meter selama 12 menit bagi
laki-laki dan 14 menit bagi perempuan. Dalam tes ini, saya mendapat 5 ½ putaran
sepak bola dalam waktu 12 menit. Catatan yang sangat baik, di antara para
peserta yang lain. Bagi saya pribadi, aktivitas lari tidak menjadi soal.
Setidaknya saya rutin melakukan olahraga lari 4 kali dalam seminggu. Sehingga,
tes lari pun saya akhiri dengan sukses.
Tes selanjutnya adalah sit up, yang kemudian dilanjutkan
dengan push up dalam waktu 1 menit. Dalam tes sit up saya mendapat 37
kali dalam waktu 1 menit. Sedangkan, pada tes push up, saya mendapat 50 kali
dalam 1 menit. Catatan yang juga sangat baik di antara para peserta yang lain.
Semua juga saya lakukan dengan sukses. Tes kesemaptaan
ini pun diakhiri dengan tes shuttle run dengan jarak 10 meter dalam
waktu 3 menit. Lagi-lagi semua saya lakukan dengan baik. Entah mengapa, semua
rangkaian tes, saya lakukan dengan semangat. Rasa percara diri dan oprimisme
itu tersimpan dalam dada. “Insya Allah saya bisa”, ujar saya.
Agenda hari itu pun diakhiri dengan pengumuman bahwa
hasil tes kesehatan dan tes kesemaptaan akan diumumkan 3 hari setalah tes
dilakukan. Semua tes telah saya lakukan dengan baik. Apapun hasilnya, apakah itu
lulus ataupun gagal, itu adalah hasil yang harus saya terima.
Dalam perjalanan pulang (dari Stadion Sepak Bola Kamboja
menuju Halte Bus, kira-kira berjarak 500 meter), keyakinan itu pun muncul. Ya,
kembali muncul. Setiap kaki melangkah, saya selalu menyebut kata “Imigrasi..
Imigrasi.. Imigrasi..”. semua kata-kata itu muncul secara spontan. Entah
mengapa.
Sesampai di rumah, seperti biasa saya menceritakan semua
pengalaman tes saya hari ini kepada orang tua dan adik-adik. Tidak ada satu
bagian pun yang saya lewatkan untuk diceritakan. Seperti biasanya, kedua orang
tua pun kembali menyemangati saya. “Insya Allah, kamu bisa, nak”, ungkap ibu
saya.
Waktu pun berlalu. Hasil tes kesehatan dan tes
kesemaptaan pun diumumkan via internet. Seperti biasa, www.sumsel.Kemenkum
dan Ham.go.id menjadi situs yang paling rutin saya buka selama tahapan
seleksi ini. Alhamdulillah, akhirnya nama saya tercatat dari 170 peserta yang dinyatakan
lulus. Dengan hasil ini, maka setidaknya sebanyak 135 peserta dinyatakan gagal
dalam tes kali ini.
Rangkaian tes selanjutnya adalah tes akhir, yaitu tes
tertulis yang akan diadakan pada hari Sabtu, tanggal 8 September 2012. Lokasi
tes bertempat di Gedung Sekolah Harapan Internasional, kurang lebih berjarak 5
Kilometer dari rumah saya. Praktis, saya hanya memilii waktu yang relatif
singkat untuk menghadapi tes tertulis kali ini. Semua buku tes CPNS, saya
lahap. Begitu juga soal-soal CPNS online. Hampir semuanya saya pelajari.
Namun, tanpa ada pengalaman tes CPNS sebelumnya, rasa gugup itu terus
menghampiri. Tapi, dengan niat yang tulus dan iklhas, serta dibekali oleh doa
orang tua, keyakinan dan optimisme itu tetap hadir dalam dada saya. Insya Allah
saya bisa.
Hari yang dinanti pun tiba. Tepat pukul 07.00 WIB saya
sudah tiba di lokasi tes. Menurut jadwal, tes tertulis hari ini akan dimulai
pada pukul 08.00 WIB. Berhubung sehari sebelumnya (tanggal 7 September 2012),
saya sudah mengecek nomor ujian dan tempat duduk dimana saya tes, maka tidak
sulit bagi saya untuk menuju lokasi ujian. Saya langsung menuju kursi dimana
akan menjadi saksi perjuangan dan sejarah bagi saya kelak. Tidak sedikit, teman
yang mengajak ngobrol. Ada yang mengajak bercanda. Atau apapun itu, untuk
menghilangkan ketegangan. Namun, saya justru menghindari hal-hal tersebut. Saya
malah tersenyum, dan tidak menanggapi tawaran teman untuk mengobrol. Bagi saya,
sikap seperti itu hanya akan menghabiskan energi. Kita akan kehilangan fokus.
Bukankah tujuan kita kesini untuk mengikuti tes? Bukankah kita semua akan
berkompetisi? Lalu, mengapa kita hanya akan membuang energi dengan bercanda dan
mengobrol? Fokus, fokus, dan fokus. Semua persiapan akan percuma, apabila kita
kehilangan kosentrasi dan fokus!! Itu teriak saya dalam hati.
Hingga pukul 09.00 WIB, tes tertulis pun belum dimulai.
Entah mengapa. Selama itu pun, setidaknya saya sudah mondar mandir ke toilet
sebanyak 10 kali. Ya, itulah ritual wajib saya sebelum mengerjakan tes. Ya, tes
apapun itu. Pikir saya, selama melakukan tes, kita jangan sampai terbebani oleh
sesuatu yang malah mengganggu pikiran. Intinya, jangan sampai ada yang
menghalangi kosentrasi kita.
Tes pun akhirnya dimulai tepat pada pukul 10.00 WIB.
Tentu, didahului oleh pengarahan dari Ketua Panitia, Bapak Elfinur Bermawi,
SH., MH. Dalam pengarahannya, ia berulang kali mengaskan bahwa seleksi CPNS
kali ini bebas dari praktik KKN. Semuanya dilakukan secara fair dan
transparan. Berulang kali, beliau menyampaikan hal tersebut. beliau jugaa
menambahkan bahwa jangan sekali-sekali ada joki dalam tes tertulis kali ini.
Tidak ada toleransi bagi setiap peserta yang menggunakan joki. “Langsung kita
nyatakan tidak lulus”, tegas nya.
Setelah dilakukan pengarahan, tes pun dimulai. Rasa gugup
tetap ada. Tapi, hanya sekitar 2 menit. Setalah itu, saya enjoy mengerjakan
soal. Soal CPNS kali ini terdiri dari 200 soal, dimana dibagi dalam 3 komponen.
Komponen pertama terkait dengan soal Wawasan Kebangsaan, Intelegensi Umum, dan
Karakteristik Kepribadian. Jujur, saya tidak mengalami kesulitan berarti.
Setidaknya saya dapat mengerjakan soal ini, karena saya sudah terbiasa
melakukan latihan soal jauh-jauh hari. Sekarang waktunya fokus. Kosentrasi
diperlukan. Tidak usah terpengaruh oleh hal-hal lain. Focus on the track!
Tes tertulis pun selesai pada pukul 12.10 WIB. Soal dan
lembar jawaban pun saya serahkan kepada pihak panitia. Lega rasanya. Pada saat
itu saya tidak memikirkan apapun hasil yang saya dapat. Semuanya terasa plong.
Semua kewajiban sudah saya tunaikan. Ikhtiar pun sudah dikerjakan. Kini saatnya
untuk memperbanyak doa, doa, dan doa. Tidak lupa selalu bertawakal kepada Allah
SWT.
Man Shabara Zhafira...
Menurut pengumuman yang dilansir pada situs cpns.Kemenkum
dan Ham.go.id, hasil tes tertulis akan diumukan pada tanggal 10
Oktober 2012. Entah mengapa, pengumuman belum jua muncul. Rasa was-was pun
berkecamuk dalam dada. Setiap hari saya mengikuti perkembangan seleksi CPNS.
Banyak berita yang saya baca. Perkembangan terakhir dari Kemenpan, hasil akhir
tes CPNS tahun ini akan didasari oleh sistem passing grade. Dalam
artikel tersebut, Azwar Abubuakar selaku Menteri Kemenpan mengatakan bahwa
setiap komponen pada soal CPNS akan dinilai. Dengan rincian sebagai berikut:
Wawasan Kebangsaan (10), Intelegensi Umum (15), dan Karakteristik Pribadi (30).
Sampai saat itu pun saya masih bingung dengan sistem baru ini.
Akhirnya Kemenpan merilis daftar nilai hasil akhir tes
tertulis untuk selurh CPNS. Situs yang dimaksud adalah cpns.menpan.go.id.
Saya kemudian memasukkan nomor ujian, lalu tekan enter. Nilai akhir saya pun
keluar. Berikut rinciannya: Wawasan kebangsaan (17,5), Intelegensi Umum (13,5),
dan Karakteristik Pribadi (37,5), dengan total nilai 68,5. Nilai total saya
cukup besar dibanding peserta tes lainnya (karena saya juga melakukan kroscek
nilai peserta dengan memasuki nomor peserta satu per satu).
Namun, yang mengganjal hati saya adalah ada satu komponen
nilai tes saya, ada yang tidak melampaui passing grade dari Kemenpan,
yaitu Intelegensi Umum. Hati saya pun ciut. Rasa kecewa pun hadir. Semua
perasaan saya curahkan kepada orang tua. “Pak, bu.. Sepertinya saya tidak lulus”,
ucap saya perlahan. Orang tua tetaplah orang tua. Bapak ibu saya nampaknya
tidak terpengaruh oleh sugesti saya. mereka malah kembali menyemangati seolah
tidak terjadi apa-apa. “Kemenkum dan Ham kan belum kasih pengumuman resmi? Jadi
belum tentu tidak lulus kan?”, ujar bapak saya. Saya kembali memandangi hasil
tes saya itu. sedih memang. Harapan untuk menjadi PNS pun sirna.
Kemenkum dan Ham pun belum melakukan rilis resmi terkait
dengan hasil akhir tes tertulis. Bahkan seingat saya, sekitar dua kali, Kemenkum
dan Ham “mangkir” mengumunkan hasil tes. Pikiran negatif pun menghampiri benak
saya. “Mungkin saja ada negoisasi di antara pimpinan Kemenkum dan Ham untuk
meloloskan peserta tertentu. Kok sampai diundur-undur terus sih, jangan-jangan
ada kompromi”, pikir saya.
Selama proses menunggu itu pun, dengan rutin saya mengaji
Surat Al-Waqi’ah (ba’da shalat subuh), Surat Al-Mulk (ba’da shalat maghrib),
Surat Ad-Dhuha (ba’da shalat dhuha), dan Surat Al-Kahfi dan Surat Yassin
(setiap malam jum’at). Tidak lupa juga saya meminta doa kepada kedua orang tua,
agar diberikan hasil yang terbaik (apapun itu) kepada Allah SWT.
Proses rekrutmen PNS di lingkungan Kemenkum dan Ham kali
ini, langsung dikawal oleh Wakil Presiden RI, Bapak Boediono dan Wakil Menteri Kemenkum
dan Ham, Bapak Denny Indrayana. Integritas mereka berdua soal anti korupsi
tidak usah diragukan lagi. Berulang kali dalam berbagai kesempatan, Bapak Denny
Indrayana mengutarakan bahwa proses seleksi CPNS (Kemenkum dan Ham) tahun ini
akan bebas dari praktik KKN dan suap menyuap. Semuanya dilakukan secara
transparan dan fair. Itulah mengapa, keyakinan dan optimisme saya
terhadap seleksi ini masih bergelora. Insya Allah, saya bisa. Man Jadda Wajada!!
Tepat pada pukul 08.00 WIB, pada hari Selasa, 16 Oktober
2012, hasil resmi tes tertulis diumumkan. Rasa gugup pun menghampiri ketika
saya membuka leptop. Terbayang, apabila saya gagal, maka pupus sudah menjadi
PNS tahun ini. Dan saya siap untuk berjuang kembali tahun depan. Perlahan-lahan
saya melihat pengumuman tersebut. Dimulai dari Kanwil Aceh, Kanwil Sumut, dan
seterusnya. Tiba pengumuman untuk Kanwil Sumsel. Hati dan perasaan saya makin
tidak karuan. Tepat pada formasi “Pemeriksa Dokumen Imigrasi” tertulis nama
saya: M. Alvi Syahrin. Ya, itu nama saya!! Saya kembali memeriksa.
Mungkin saya ada yang salah ketik. Atau mungkin terselip nama orang lain.
“Nilai saya kan tidak cukup passing grade. Kok bisa lulus sih?”, tanya
saya dalam hati. Berulang kali saya cek. Dan ternyata tidak ada yang salah.
Ternyata itu benar nama saya: M. Alvi Syahrin. Dengan spontan, saya
langsung berteriak, “Alhamdulillah ya Allah”.. Saya langsung sujud syukur. Rasa
haru biru langsung pecah saat itu juga.
Rasa penasaran pun muncul dalam hati. Mengapa saya bisa
lulus? Padahal kan nilai saya ada yang tidak mencukupi. Di suatu kesempatan,
saya memberanikan diri untuk bertanya kepada pihak Kanwil. Semuanya saya
lakukan dengan tanda tanya. Setelah mendengar kegelisahan saya tersebut, pihak
kanwil lalu menjawab, “Ada kebijakan dari Pusat, dik. Jadi passing grade
untuk CPNS di Kemenkum dan Ham diturunkan sedikit”, ujar bapak itu. Sejenak
saya merenungi semua ini. Memang, rezeki setiap cucu Adam tidak akan pernah
tertukar. Semua sudah diatur oleh Allah SWT. Tugas kita sebagai manusia hanya
berikhtiar, berdoa, dan tawakal. Sisa nya serahkan kepada Allah. Alhamdulillah
wa Syukurillah.
Pembuktian Diri
Bagi saya, ini merupakan prestasi tersendiri. Jauh dari
orang tua. Hidup sebagai anak pertama dengan tiga adik dan satu bibi di rumah.
Hidup mandiri jauh dari sifat manja. Menjadi contoh bagi adik-adik, adalah
suatu beban bagi saya. Juga menjadi tantangan yang harus saya buktikan, bahwa
“Kakak mu ini juga bisa, dik. Masa kamu kalah”, tantang saya dalam hati.
Menyandang predikat mahasiswa berprestasi Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya pada tahun 2010 dengan IPK 3,82 juga menjadi tantangan
berat yang harus saya buktikan. Kesabaran itu pun akhirnya berbuah hasil yang
manis. Ketika perjuangan akhirnya dibayar dengan kesuksesan. Tidak ada sukses
yang instan. Semuanya butuh proses. Pepatah arab mengatakan, “Man Shabara Zhafira”
(siapa yang bersabar, maka ia akan beruntung). Prinsip itulah yang terus saya
pegang.
Kabar yang mengatakan bahwa untuk menjadi PNS harus
menggelontorkan sejumlah uang tertentu, memiliki kerabat, kolega, bahkan
keluarga di suatu Instansi, berhasil saya tepis. Saya dapat membuktikan, untuk
menjadi PNS itu tidak mahal!! Menjadi PNS tidak sulit! Menjadi PNS itu adalah
pengabdian. Meminjam istilah Bapak Denny Indrayana, “tidak ada tempat bagi PNS
yang masuk karena uang ataupun kerabat. PNS adalah profesi yang mulia”. Oleh
karenanya, negeri ini butuh PNS yang bermoral. Tidak hanya pintar, tapi juga
berkepribadian baik.
Jika ditanya orang, berapa uang yang kamu keluarkan untuk
menjadi PNS? Dengan tegas saya katakan, “silahkan hitung uang pembuatan berkas
lamaran kerja, ditambah uang ongkor kirim berkas, dan ditambah uang pemberkasan
ulang”, jawab saya dengan bercanda. Praktis, hanya itu “biaya resmi” yang saya
keluarkan untuk menjadi PNS. Tidak lebih dari itu.
Ditengah
euforia kebahagian saya atas kelulusan ini, tentu terselip tantangan berat
untuk membuktikan apakah saya memang layak untuk menjadi PNS di lingkungan Kemenkum
dan Ham. Ada beban berat bagi saya ke depannya, agar dapat menjadi PNS yang
benar-benar diharapkan atau tidak.
Itulah sedikit pengalaman saya selama mengikuti proses rekrutmen CPNS Kemenkum dan HAM Tahun 2012 kemarin. Harapan saya, semoga rekan-rekan semua dapat dan mau berusaha sebaik mungkin, karena nasib setiap anak cucu Adam tidak akan pernah tertukar, kalau ia mau terus berusaha. Dan semoga kedepannya, sistem pemerintahan kita akan lebih baik. Keep spirit, for the better Indonesia.
Muara Enim, Juli 2013
M. Alvi Syahrin
ceritanya memotivasi bangett kak ,,,, wah sampe netes air mata ini bacanyaa... Subhanallah ...
ReplyDeleteminggu depan saya baru test Administrasi Kejaaksaan.Semoga nantinya saya bisa cerita kayak kakak .. :)
Semoga tulisannya dapat menginspirasi dik vitri ya :)
DeleteYakinlah, setiap usaha + doa akan ada hasilnya. Berusahalah di atas rata-rata orang kebanyakan dan perbanyaklah doa. Insya Allah semuanya dilancarkan oleh Allah SWT.
Semoga sukses ya tes cpns nya :)
assalamu alaikum, dalam cerita diatas tadi katanya passing grade diturunkan.. saya mau tanya, yang diturunkan itu total passing grade atau passing grade per sub tes, seperti Wawasan Kebangsaan, Intelegensia Umum atau Karakteristik Peribadi,..
ReplyDeleteWa'alaikumsalam. maaf baru bisa dibalas sekarang komentar nya. Setahu saya untuk tahun kemarin, passing grade yang diturunkan semua sub-tes. Mungkin pertimbangannya, formasi jabatan yang dibutuhkan bersifat urgent. Sehingga apabila nilai tes dibawah passing grade, maka akan banyak formasi jabatan yang tidak terpenuhi
DeleteTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
bozz, ane jga bru diterima sbgai pemeriksa dokumen keimigrasian, mw nanya tu kerjanya seperti apa sich?? N kalo boleh tw nie brapa yakk THP per bulan yg diterima slama 1 tahun pertama
ReplyDeleteWah selamat bergabung di Korps Imigrasi. Kalau boleh tau, saudara lulus tes untuk formasi jabatan apa? Nanti bakal dikasih tau kok uraian kerja nya apa aja. Untuk mengetahui lebih banyak hal ihwal Keimigrasian, silahkan baca UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian atau silahkan berkunjung ke Website Ditjen Imigrasi: www.imigrasi.go.id
DeleteTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
Assalamualaikum...
ReplyDeleteMenginspirasi banget tulisannya, diatas kakak tulis "dengan rutin saya mengaji Surat Al-Waqi’ah (ba’da shalat subuh), Surat Al-Mulk (ba’da shalat maghrib), Surat Ad-Dhuha (ba’da shalat dhuha), dan Surat Al-Kahfi dan Surat Yassin (setiap malam jum’at). Tidak lupa juga saya meminta doa kepada kedua orang tua, agar diberikan hasil yang terbaik (apapun itu) kepada Allah SWT" Allah memang tak pernah mengecewakan hambanya ya kak, kalo ada usaha pasti ada hasil yang baik. saya mau ikutin jejak kakak. Semoga ada pembukaan seleksi untuk lulusan D3 di tahun ini.
Wa'alaikumsalam. Halo Retno, salam kenal.
DeleteSaya cuma segelintir orang yang mau berusaha dan belajar di atas rata-rata orang lain. Man Jadda wa Jadda, Siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil, Insya Allah. Itu prinsip saya dari dulu. Allah menilai dari ikhtiar dan doa kita. Jangan lupa minta doa orang tua, biar kita selalu diridhoi dan diberkahi. Sukses untuk Retno. Saya mendoakan dari jauh :)
Terima kasih kak jujur kata-kata kakak sangat memberi semangat.hehe
ReplyDeleteTerima kasih, retno. Semoga dapat mencerahkan dan memberi semangat ya.
DeleteKak buta warna parsial boleh masuk imigrasi gak ya? Saya sarjana hukum juga
ReplyDeleteHalo mas sandya. Salah satu rangkaian tes cpns formasi Imigrasi ialah tes buta warna. Namun, selama mas sandya dapat melewati tes tersebut, saya kira tidak ada masalah. Selain tes kesehatan, juga ada tes kesamaptaan, tes potensi akademik (CAT), dan lainnya. Penilaian akhir bersifat kumulatif. Sekian penjelasan dari saya.
ReplyDeleteHaloo mas masalahnyaa kalau sayaa hanya bisaa membacaa beberapa halaman ishihara.... waduh saya khawatir saya akan di kick di tes kesehatan :) tanpa bisa merasakan tes samapta dan tkd :(
DeleteMas sandya. Pepatah mengatakan, lebih baik gagal dalam mencoba daripada tidak melakukan sama sekali. Mungkin ini dapat menguatkan niat.
DeleteMemang sih mas , hanya sistem 1 entri dalam memilih instansi yang diberlakukan di cpns 2014 itu yang membuat saya harus berpikir berulang kali untuk masuk instansi mana yang tepat agar buta warna parsial saya tidak menjadi penghalang ,
DeleteWalaupun memang saya lebih memilih kemenkumham karena sesuai passion saya dan bidang ilmu saya
Berusaha dan berdoa. In shaa Allah.
DeleteBagaimana pengalaman anda setelah hampir 3 tahun menjadi PNS mas...?
ReplyDeleteTerkadang antara idealita dan realita tidak berjalan seirama. Itulah yang saya rasakan sejauh ini. Saya dibesarkan di dunia kampus, lalu sekarang terjun di dunia birokrasi. Tapi itulah perjalanan hidup. Bersyukur, karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan menjadi seorang abdi negara.
DeleteSangat menginspirasi. Sekedar sharing saja saya mengikuti seleksi penerimaan CPNS sejak tahun 2004. Yakni ketika saya baru lulus SMA sampai sekarang. Mungkin saya anggap bahwa keikutsertaan saya itu hanya coba2 alias tidak serius. Tapi saat ini saya ingin merubah kebiasaan saya tersebut supaya saya bisa fokus untuk mengikuti seleksi penerimaan CPNS mengingat saat ini saya sudah berumur 31 tahun. Praktis hanya tiga atau empat kali saya mempunyai kesempatan untuk mengikuti penerimaan seleksi CPNS.
ReplyDeleteTerima kasih mas.....tulisannya sudah menginspirasi saya. sukses selalu.
Berusaha-lah diatas rata-rata usaha orang lain. Genapkan dengan doa. Insya Allah diijabah oleh Allah. Semoga sukses ya.
DeleteMengispirasi sekali tulisannya
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya.
Deleteminta saran dong ka, kira - kira untuk belajar soal2 cpns dari mana yah?
ReplyDeleteDi hampir semua toko buku pasti menjual buku paket tes cpns. Baiknya dibeli beberapa untuk perbandingan, dan dipelajari. Pola soal tiap tahun pasti sama, cuma ada perubahan minor. Perbanyak latihan soal ya. Sukses!
Deleteperbedaan antara analis imigrasi dengan pemeriksa imigrasi itu apa ya mas ? trus tes kemampuan bidang dan wawancaranya seperti apa ? kok nyari k google ga nemu. Alhamdulillahnya ada blog ini jd ada gambaran tentang keimigrasiian
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteIzinkan saya menjelaskan.
DeleteUntuk jabatan fungsional Analis Keimigrasian, akan ditugaskan pada Direktorat Jenderal Imigrasi, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus, dan Kantor Imigrasi Kelas I, dan Rumah Detensi Imigrasi Pusat.
Sedangkan, untuk jabatan fungsional Pemeriksa Keimigrasian akan ditugaskan pada Kantor Imigrasi Kelas I, Kantor Imigrasi Kelas II, dan Kantor Imigrasi Kelas III, dan Rumah Detensi.
Prinsip tugasnya sama, yaitu melaksanakan fungsi keimigrasian di bidang pelayanan, penegakan hukum, pengamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Yang membedakan antara Analis dan Pemeriksa pada komponen angka kreditnya.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.
ooh, sangat membantu mas. kalau perihal test kemampuan bidang dan test wawancara jabatan analis imigrasi itu seperti apa ya mas ? terima kasih
DeleteTes kemampuan bidang, biasanya meliputi materi UU No.6/2011, PP No.31/2013, pengertian, tusi, pembedaan paspor, visa, izin tinggal, pengawasan dan penindakan, penyidikan, dan sebagainya.
DeleteTes wawancara, biasanya menanyakan kesiapan mental, integritas dari masing-masing peserta. Namun sangat kondisional menyesuaikan dengan situasi.
Assalamualaikum selamat siang salam sejahtera,
ReplyDeleteSaya ingin bertanya perihal tinggi badan. Apakah itu syarat mutlak untuk jabatan analis keimigrasian? Lantas kenapa tahun ini lolos sampai wawancara padahal tinggi mereka kurang :) Terima kasih:)
Wassalamu'alaikum
Wa’alaikumsalam.
DeleteLebih baik pertanyaan itu diajukan ke Panitia Seleksi. Bukan kompetensi saya untuk menjawab. Terima kasih.
Wassalam.
Assalamualaikum Pak Alvin..kisahnya sungguh inspiratif, manjadda wajadda.."Yakinlah, setiap usaha + doa akan ada hasilnya. Berusahalah di atas rata-rata orang kebanyakan dan perbanyaklah doa. Insya Allah semuanya dilancarkan oleh Allah SWT."...#salampengayomanAKP2017
DeleteWa'alaikumsalam. Selamat dan sukses ya. Sampai jumpa di Direktorat Jenderal Imigrasi.
DeleteAssalamualaikum wr wb Pak Alvi
Deleteberlanjut. hehe
SK pengangkatan CPNS AKP tgl 22 januari 2018
tapi kita udah ada info penempatan dari web BKN
penempatan di Kanwil Sulut kanim 3 kotamobagu.
Mohon info terkait prospek cpns sarjana yg ditempatkan di daerah jabatan fungsional AKP..terimakasih sebelumnya Pak
#salampengayomanAKP2017
Selamat bergabung ya mas. Ditunggu kontribusi positifnya untuk organisasi. Sukses selalu.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalammualaikum wr.wb
ReplyDeleteSalam kenal kk Alvi..
Membaca kisah ini saya seperti flashback suka duka perjuangan beberapa bulan lalu mulai dari pembukaan cpns kemenkumham, pendaftaran, melewati tahap demi tahap ujian skd skb wawancara, hingga sampai disini, proses menunggu terbitnya SK pengangkatan..
Man jadda wa jadda.. Alhamdulillah sudah saya rasakan sendiri kekuatan doa dan usaha, mematahkan asumsi selama ini bahwa untuk jadi PNS harus punya banyak uang dan kenalan orang dalam. Alhamdulillah tidak ada usaha yang sia-sia, Allah menjawab setiap doa hambanya di saat yang tepat.
Semoga nantinya saya berkesempatan menulis kisah inspiratif seperti kk Dan termotivasi dengan prestasi-prestasi yang telah kk capai.. Aamiin Allahumma aamiin
#SalamPengayomanAKP2017
Wa'alaikumsalam. Selamat bergabung di Direktorat Jenderal Imigrasi. Sukses selalu.
ReplyDeleteAssalamualaikum,
ReplyDeleteMas Alvi, izin nanya, sempat mutasi ya mas? Itu atas permohonan sendiri atau dimutasi instansi? Di Kemenkumham apakah ada syarat masa kerja untuk mengajukan mutasi? Terima kasih sblmnya
Wa'alaikumsalam. Saya sempat beberapa kali mutasi, karena perintah dari pimpinan. Kalo terkait mutasi atas permohonan sendiri, saya belum mendapatkan informasi lengkapnya.
Deleteya ALLAH menyentuh banget ceritanya,,
Deleteterimakasih banyak bg,,
Bismillah semoga hari esok lebih baik dari hari ini,,
Terus berikhtiar, genapkan dengan doa. Semangat ya.
DeleteSalam Pak,
ReplyDeleteInspiratif sekali, jadi ingat ketika ujian interview CPNS Analisis Keimigrasian. Peguji menanyakan apa yang akan kamu lakukan jika kamu lulus dan bekerja kemudian mulai jenuh dengan pekerjaan kamu. Jawaban saya "Saya akan mengingat kembali bagaimana perjuangan saya untuk masuk ke profesi ini"
Selamat bergabung di Direktorat Jenderal Imigrasi. Sukes selalu.
DeleteBismillah, sangat menginspirasi kak,mohon doanya kak, saya ikut perdana 2021, karena freh graduate, semoga bisa mengikuti jejak langkah kkak.. Aamiin
ReplyDeleteAamiin. Semoga sukses ya.
Delete